Apakah Perasaan Cinta dan Takut Bisa Menyatu?


Jika kita membayangkan kata cinta, maka seakan-akan didalam hati kita timbul rasa sayang, suka, indah, ingin selalu bertemu, tak ingin lepas, ingin selalu bersama dan perasaan positif lainnya. Sedangkan apabila kita membayangkan diri kita sedang merasa ketakutan, maka perasaan seram, benci, ingin menjauh, tak ingin bertemu dan perasaan negatif lainnya.

Jika dibayangkan, akal manusia tidak akan menerima andaikata cinta dan takut itu bisa bersatu dalam satu waktu dan satu tempat, yakni hati.

Cinta

Oleh karena itu saya ingin memberikan sedikit penjelasan mengenai cinta yang ada di dalam Alquran. Sesungguhnya kata cinta itu berasal dari dua sifat Tuhan, yakni: Ar-Rahman (Maha Pemurah) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang), keduanya berasal dari akar yang sama yakni Rahima.

Rahima berarti, ia telah menampakkan kasih-sayang; ia ramah dan baik; ia memaafkan, mengampuni. Sedangkan kata Rahmah menggabungkan arti riqqah, ialah "kehalusan" dan ihsan, ialah "kebaikan," "kebajikan" (Kamus Mufradat).

Ar-Rahman dalam wazan (ukuran) fa'lan, sedangkan Ar-Rahim dalam ukuran fa'il. Menurut kaedah tatabahasa Arab, makin banyak jumlah huruf ditambahkan pada akar kata, makin luas dan mendalam pula artinya (kamus Kasysyaf).

Ukuran fa'lan membawa arti kepenuhan dan keluasan, sedang ukuran fa'il menunjuk kepada arti ulangan dan pemberian ganjaran dengan kemurahan hati kepada mereka yang layak menerimanya (Kamus Muhith). Jadi, di mana kata Ar-Rahman menunjukkan "kasih sayang meliputi alam semesta", kata Ar-Rahim berarti "kasih sayang yang ruang lingkupnya terbatas, tetapi berulang-ulang ditampakkan." Mengingat arti-arti di atas, Ar-Rahman itu Dzat Yang menampakkan kasih sayang dengan cuma-cuma dan meluas kepada semua makhluk tanpa mempertimbangkan usaha atau amal; dan Ar-Rahim itu Dzat Yang menampakkan kasih sayang sebagai imbalan atas amal perbuatan manusia, tetapi menampakkannya dengan murah dan berulang-ulang.

Nah, setelah membaca penjelasan diatas, kitapun mengetahui bahwa Tuhan itu mencintai seluruh makhluk-Nya, termasuk didalamnya manusia karena manusialah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

Takut

Rasa takut pun sebenarnya berasal dari sifat Tuhan yang diadopsi oleh manusia, yakni sifat: Malik yang artinya Pemilik atau Majikan. Biasanya seorang budak atau seorang hamba sahaya itu mempunyai rasa takut yang amat sangat kepada majikannya, walaupun dalam keadaan yang normal. Ia bertindak sangat hati-hati, agar semua tindak-tanduknya itu tidak membuat marah sang majikan.

Dari sifat Malik yang dikutip dari Q.S. Al Fatihah, yakni Maaliki yawmid-diin, yang berarti pemilik hari pembalasan. Allah Ta'ala mempunyai otoritas tertinggi untuk memberikan ampunan atau balasan atas semua tindakan yang telah dilakukan manusia.

Walaupun demikian, balasan perbuatan manusia itu tidak hanya dibalas di akhirat saja, namun di dunia inipun bisa terjadi. Misalnya, Allah Ta'ala menghendaki agar manusia diadili dan diganjar oleh orang lain, para raja, para penguasa, atau dengan jalan yang tidak kita ketahui. Hal ini mengingat bahwasanya otoritas memberikan hukuman itu tidak hanya di akhirat saja, namun semua bentuk kekuasaan di dunia ini pun ada dibawah Dia Yang Maha Kuasa.

Terakhir, renungkan potongan Tafsir Singkat Alquran surat Al Fatihah dibawah ini:

Sifat khusus lainnya pada doa yang terkandung dalam Surah ini ialah doa itu mengimbau naluri-naluri manusia yang dalam, dengan cara yang wajar sekali. Dalam fitrat manusia ada dua pendorong yang merangsangnya untuk menyerahkan diri ialah, cinta dan takut. Sebagian orang tergerak oleh cinta, sedang yang lain terdorong oleh takut. Dorongan cinta memang lebih mulia, tetapi mungkin ada - dan sungguh-sungguh ada - orang-orang yang hatinya tidak tergerak oleh cinta. Mereka hanya menyerah karena pengaruh takut. Dalam Al-Fatihah kedua pendorong manusia itu telah diimbau. Mula-mula tampil sifat-sifat Ilahi yang membangkitkan cinta, "Pencipta dan Pemelihara sekalian alam," "Maha Pemurah" dan "Maha Penyayang". Kemudian, segera mengikutinya sifat "Pemilik Hari Pembalasan," yang memperingatkan manusia bahwa, bila ia tidak memperbaiki tingkah-lakunya dan tidak menyambut cinta dengan baik, maka ia harus bersedia mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di hadapan Tuhan. Dengan demikian, pendorong kepada "takut" dipergunakan berdampingan dengan pendorong kepada cinta. Tetapi, oleh karena kasih-sayang Tuhan itu jauh mengatasi sifat Murka-Nya, sifat ini pun - yang merupakan satu-satunya sifat pokok yang bertujuan membangkitkan takut - tidak dibiarkan tanpa menyebut kasih-sayang. Pada hakikatnya, di sini pun kasih-sayang Tuhan mengatasi murka-Nya, sebab telah terkandung juga dalam sifat ini bahwa, kita tidak akan menghadap seorang Hakim, tetapi menghadap Tuhan Yang berkuasa mengampuni dan Yang hanya akan menyiksa bila siksaan itu sangat perlu sekali.

Semoga Allah Ta'ala memberikan taufiq kepada kita agar bisa mencintai Allah Ta'ala, dicintai Allah dan takut kepada-Nya.

comment 1 komentar:

Unknown said...

salam sahabat
sungguh postingan yang membuat hati saya tersentuh..wes ga bisa koment lagi he.he..good luck ya

Post a Comment

Gunakan Hak Saudara sebagai Blogger untuk meninggalkan komentar sauadara Di Artikel Ini._^

 
© 2010 StiLL MusLim is proudly powered by Blogger