Hassan r.a. menceritakan, jika beliau berwudhu mukanya menjadi pucat. Bila ditanya beliau menjawab, ‘Ini adalah waktu untuk berdiri di hadapan Raja Yang Maha Agung dan Maha Mulia.”Apabila sampai dipintu Masjid beliau akan berdo’a”
“Ya ALLAH Hamba-Mu Ini berada dipintumu. Wahai Yang Maha Pemurah, aku adalah seorang hamba-Mu yang berdosa berdiri di hadapan-Mu. Engkau telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Mu yang baik supaya memafakan kesalahan – kesalahan hamba-Mu yang jahat. Ya ALLAH engakualah Yang Maha Baik dan aku ini adalah jahat. Oleh karena kebaikan-Mu itu, maafkanlah kesalahanku wahai Yang Maha Pemurah. “Kemudian beliau masuk Masjid”
Zainul Abidin r.ah. selalu shalat nafil seribu rakaat setiap
hari. Beliau terus mengerjakan shalatnya dengan tenang, apabila ditanya maka
dijawabnya,”Apakah kamu tidak tahu, sedang berhadapan dengan siapa kamu
berdiri”. Suatu hari, api telah membakar rumahnya, tetapi ketika itu ia sedang
melaksanakn shalat. Setalah selasai shalat dia berkata kepada orang –orang.
“api akhirat telah membuatku lupa dengan api dunia”. Kemudian ia berkata “aku
heran dengan kesombongan seseorang, padahal dulu dia adalah setets air mani dan
dia akan menjadi bangkai. Apakah dia masih saja sombong.?”
Beliau sering berkata “sungguh mengherankan! Untuk kehidupan
di dunia yang sementara ini, mereka begitu memikirkannya, namun untuk alam
akhirat yang kekal abadi, mereka tidak memikirknnya.” Beliau selalu membantu
orang – orang miskin pada malam hari supaya mereka tidak tahu siapa yang telah
membantu mereka. Setelah ia meninggal dunia barulah diketahui kurang lebih
seratus keluarga yang telah dibantunya.
Diceritakan. Abdulah bin Abbas r.a apabila mendengarkan
suara Adzan dia menangis sehingga sorbannya basah oleh air matanya,
urat-uratnya akan terlihat membesar, matanya memerah. Ada orang yang berkata
padanya, “kami mendengar Adzan, tapi tidak merasakan apa – apa.” Kemudian ia
menjawab sambil badannya menggigil. “apabila orang mengerti dan memehami apa
yang disuarakan oleh muadzin, maka mereka akan meninggalkan segala
kesenangannnya.dan dia tidak akan bisa tidur”. kemudian ia menerangkan makna
setiap kalimat Adzan.
Ada seorang menceritakan “saya telah mengerjakan shalat
Ashar di belakang Dzun-Nun Misri r.a. apabila mengucapkan ‘Allahu Akbar’,
ketika dia mengucapkan ‘Allah’, maka ia merasa sangat takut akan keagungan
ALLAH SWT. Seolah – olah nyawa dan hatinya remuk, karena takut akan ALLAH SWT.
Dan apabila lidahnya mencucapkan AKBAR, maka hatinya mendengar kehebatan takbir
itu seolah – olah terpotong-potong.
Isham r.a bertanya kepada Hatim Zahid Bakri r.a “Bagiamana
engakau mengerjakan shalat.?” Kemudian ia menjawab, “sebelum waktu shalat saya
berwudhu dengan sempurna dan pergi ke tempat shalat. Apabila saya berdiri
hendak mengerjakan shalat saya membayangkan Ka’bah di depanku, kakiku dibawah
jembatan Shirat, surge dikananku, neraka dikiriku dan malaikat maut di atasku.
Dan saya mengingat bahwa ini adalah shaltku yang terakhir, hanya ALLAH yang
mengetahui seruan di dalam hatiku. Kemudian saya mengucapkan ALLAHUAKBAR dengan
penuh rendah diri, dan membacaAl Qur’an sambil menghayati maknanya. Saya ruku
dan sujud dalam keadaan hina dan saya menyelasaikan shalatku dengan tenang dan
berharap ALLAH akan menerima shalatku karena saya takut jika shalatku ditolak
oleh ALLAH SWT.
Isham r.a bertanya lagi kepadanya, “sejak kapan engkau
mengerjakan shalat seperti itu.?” Hatim menjawab “saya mengerjakannya sudah 30
tahun” Isham r.a menangis sambil berkata “saya tidak bernasib baik untuk
melaksanakn seperti itu.
Dicerikatakan bahwa Hatim r.a pernah meninggalkan shalat
berjamaah-nya sekali dan beliau merasa sedih, beliaupun menangis sambil
berkata, “kalau aku kehilangan seorang anakku maka separuh dari penduduk Bandar
Bakhi akan ikut berduka cita bersamaku, tetapi jika aku kehilangan shalat
shalat berjamaah maka aku saja yang beduka cita. Karena orang beranggapan,
siksaan di di akhirat lebih ringan dari siksaan di dunia.
Muhammad bin Wai berkata, “Saya mencintai tiga hal dalam
saya ; 1) seoarang teman yang dapat menegur saya apabila salah, 2) makanan yang
cukup untuk aku hidup, 3) shalat berjamaah agar ALLAH dapat memafkan segala
dosa dan memberikan pahala yang baik.”
Suatu hari Abu Ubaidah sedang mengimami shalat, setelah selesai
beliau berkata kepada para makmum, “Syetan telah mengganggu saya ketika sya
sedang mengimami shalat tadi, dan saya diarsukinya supaya saya berpikir bahwa
ketika saya mengimami shalat tadi, hanya
saya saja yang paling baik diantara kamu sekalian.oleh Karena itu saya tidak
akan mengimami shalat lagi”.
Diceritakan, sebuah anak panah menusuk tubuh Ali.ra dalam
suatu pertempuran dan anak panah itu dicabut ketika ia mengerjakan shalat. Satu
anak panah menusuk pahanya, anak panah ini tidak dapat dicabut walaupun sudah
beberapa kali diusahakan karena sakit yang dideritanya, ketika beliau sedang
mengerjakannnya shalat Nafil dalam keadaan sujud maka sahabat – sahabatnya
mencabut keluar anak panah itu dengan kuat. Setelah shalat ia bertanya kepada
para sahabatnya “apakah engkau mencabut anak panah itu” kemduian mereka
berkata kepadanya bahaw anaka panah itu
tekah dicabut, lalau beliau berkata “tetapi saya tidak merasakannya”
Masih Banyak cerita mengenai orang alim serta wara yang
menghabiskan malamnya dengan berdzikir, karena cintanya dengan ALLAH SWT. Apabala kita melihat dengan mata kepala sendiri, orang –orang
dapat menghabiskan waktu malamnya sambil berdiri untuk menonton sinema dan
pentas sandiwara, lantas bagaimana dengan Shalat.? Apakah bisa seperti itu.? Jawab sendiri yah,. Lalu apa yang menyebabkan kita melakukan kegiatan maksiat sehingga
dengan kemasiatan itu membuat kita jauh dari ALLAH SWT.
Semoga cerita di atas bisa mempertebal Iman kita kepada ALLAH SWT, terutama bagi diri saya pribadi. Semoga ALLAH SWT, menyampaikan kita ke arah kenikmatan yang
sangat Besar, amin.
0 komentar:
Post a Comment
Gunakan Hak Saudara sebagai Blogger untuk meninggalkan komentar sauadara Di Artikel Ini._^