Adab dan Etika Dalam Berniat

Bismillah Alhamdulillh. Kali ingin ane ingin share tentang Adab dan Etika Dalam Berniat. Salah satu harapan besar seorang Muslim dari amalannya adalah agar diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT). Menjadi sebuah kerugian bila Allah SWT tidak berkenan melirik amalannya, sehingga pelakunya tidak bisa menikmati surga. Sebuah ungkapan menyatakan, “Setiap hamba diberi kekuatan untuk beribadah, tapi tidak semua ibadah diberi ‘kekuatan’ untuk diterima oleh Allah SWT.”

Salah satu kunci diterimanya amalan adalah niat yang benar. Nah, untuk mendapatkan itu, berikut ini beberapa adab Dalam Berniat :

1. Penentu Nilai dan Kualitas Ibadah
Memahami bahwa niat adalah penentu nilai dan kualitas ibadah di sisi Allah SWT. Ia pembeda antara ibadah dan kebiasaan (tradisi), bahkan merupakan pembeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnya. Imam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan, “Salah satu makna niat adalah ‘tamyiz’, pembeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnya” (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam)

2. Hanya untuk Mendapatkan Ridha Allah SWT
Senantiasa berniat hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan tidak mempersembahkannya untuk selain-Nya. Dalam kitabnya Al Waabil al-Shayyibu min al-Kalam at Tayyibi, Imam Ibnul Qayyim berujar, “Amalan seorang hamba akan dipaparkan di hadapan Allah SWT hingga Dia mendapati niat hamba tersebut hanya untuk-Nya. Jika demikian Dia meridhai amalannya dan menerimanya.”

3. Keingingan Kuat untuk Melaksanakan
Niat yang baik akan mendapatkan satu pahala. Namun, sekadar berniat saja tidaklah cukup, tapi harus dibarengi dengan keinginan yang kuat untuk mewujudkan niat tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda, “Barang siapa yang berniat melakukan sebuah kebaikan namun tidak merealisasikannya, maka baginya satu pahala, dan jika diwujudkan maka dia mendapatkan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat pahala, bahkan kelipatan yang tidak terhingga.” (Muttafaq ‘alaih)

4. Tidak Meremehkan Niat yang Buruk.
Niat yang buruk dapat menjadi dosa bagi pemiliknya. Rasulullah SAW bersabda “…membunuh dan yang dibunuh akan masuk neraka.” Para sahabat bertanya, “Kami pahami untuk yang membunuh, lalu kenapa yang dibunuh juga masuk neraka?” Nabi SAW menjawab, “Karena dia sangat ingin (berniat) membunuh saudaranya itu.” (Muttafaq ‘alaih)

5. Ikhlas dan Konsisten
Senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar diberi kekuatan untuk dapat ikhlas dalam niatnya dan konsisten menjaga keikhlasan itu. Dalam Shahih Tirmidzi diriwayatkan, “Doa yang paling sering dipanjatkan Nabi SAW adalah: ‘Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami dalam agamamu.” Karena hati berada di ujung ‘jari’ Allah SWT yang mudah diputar balik oleh-Nya (Mushannaf ibnu Abi Syaibah).

6. Beristighfar Bila Riya’
Segera beristighfar dan merevisi niat bila mendapati ada unsur riya’ atau bukan karena Allah SWT dalam niatnya. Hal ini harus dihindari karena melahirkan amalan yang sia-sia belaka. Umar Bin Khaththab meriwayatkan dari Nabi SAW, “…barang siapa yang hijrah karena target dunia atau untuk mendapatkan wanita idamannya, maka nilai hijrahnya tergantung dari niatnya” (Muttafaq ‘alaih). Dalam kitab Fathul Qawiy al-Matin diisyaratkan bahwa Allah SWT sangat merendahkan amalan yang diniatkan bukan untuk-Nya.
7. Memberi Contoh
Bila perbuatannya harus dilakukan di depan orang lain, maka berniatlah untuk memberi contoh kebaikan agar diikuti oleh orang lain. Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa yang memberi contoh kebaikan, lalu diikuti oleh orang lain, maka baginya pahala dan tambahan sebesar pahala orang yang mengikutinya tanpa terkurangi pahala orang yang mengikutinya tersebut”.
Semoga Artikel ini bermanfaat bagi Kita semua, terkhususnya bagi saya sendiri yang memposting :).

comment 1 komentar:

heryan on June 28, 2011 at 12:01 AM said...

artikelnya sangat bermanfaat bro...
tq....
keep grow.....

Post a Comment

Gunakan Hak Saudara sebagai Blogger untuk meninggalkan komentar sauadara Di Artikel Ini._^

 
© 2010 StiLL MusLim is proudly powered by Blogger