Solusinya Jihad dan Khilafah, Bukanlah Dialog


UNTUK kesekian kalinya, Israel kembali mempertontonkan tindakan brutalnya. Pesawat tempur F-16 Israel kembali melancarkan serangkaian serangan udara ke beberapa sasaran di Jalur Gaza dalam beberapa hari belakangan, terutama di bagian selatan daerah kantung tersebut. Stasiun TV pro-Hamas, Al-Aqsa, melaporkan beberapa orang Palestina cedera dalam serangan itu (TVOne.co.id, 23/3/2010).

Memang, ini bukan serangan terbesar sejak Israel membombardir Gaza selama 22 hari yang menewaskan tidak kurang dari 1400 orang Palestina sekaligus menghancurkan ribuan rumah penduduknya pada Desember 2008. Namun demikian, jelas ini tidak bisa dianggap sepele.
Sebelumnya, selama bulan Maret ini ada sejumlah tragedi lain yang juga perlu mendapatkan perhatian. Pertama: Serbuan terhadap Masjid al-Aqsha. Sebagaimana diberitakan, puluhan aparat keamanan pendudukan zionis Israel pada Ahad malam (14/3), menyerbu masuk lewat bagian selatan kompleks Masjid al-Aqsha. Mereka menahan sekitar 20 orang jamaah dan mengusir mereka dari dalam kompleks masjid. Menurut Lembaga Wakaf dan Warisan Masjid Al-Aqsha (14/12), pemerintah pendudukan Israel juga terus meningkatkan operasi pengeboran bagian bawah kota yang diduduki oleh Yahudi untuk pembentukan pemukiman. Dalam keterangannya, lembaga tersebut kembali memperjelas bahwa penggalian tersebut hanya beberapa puluh meter dari Masjid Al-Aqsha, dan semakin hari penggaliannya akan semakin ditingkatkan hingga mencapai kedalaman 10 meter, sampai ke area Masjid Al-Aqsha (Eramuslim.com, 16/3/2010)

Sejumlah kelompok radikal Zionis juga bertekad akan menyerang kembali al-Aqsha pada pertengahan pekan depan, menyusul Peringatan Hari Besar Paskah Yahudi yang jatuh pada 29 dan 30 Maret depan. Rencana ini mereka rancang setelah meresmikan Sinagog al-Kharab persis di samping al-Aqsha.

Wakil ketua gerakan Islam di Palestina, Syaikh Kamal Khotib, Senin (22/3) mengatakan kepada Aljazeera.net, Israel akan mengizinkan kelompok radikal Yahudi yang akan menyerbu al-Aqsha untuk melakukan acara pengorbanan terkait Hari Besar Paskah. Niat mereka ini bersamaan dengan pernyataan Ketua Organisasi Selamatkan Tanah Israel Rahib Shalom Dov Valva yang secara terang-terangan dalam pidatonya menyatakan, “Kami akan membangun Haikal di atas reruntuhan Masjid Al-Aqsha."

Rencana ini sudah didahului dengan sejumlah rencana sebelumnya yang berujung pada pelarangan kaum Muslim mengunjungi al-Aqsha yang usianya di bawah 50 tahun (Infopalestina.com, 23/3/2010).

Kedua: Pembangunan 1600 unit permukiman Israel yang baru. Belum lama berselang, bersamaan dengan kunjungan Wakil Presiden AS Joe Biden ke Tel Aviv beberapa hari lalu, Departemen Luar Negeri Zionis Israel mengumumkan pembangunan 1600 unit permukiman Yahudi Israel di bagian timur kota Baitul Maqdis. Tel Aviv juga merestui pembangunan 50 ribu unit permukiman baru lainnya. Di permukaan, sebagaimana dilansir sejumlah media, keputusan baru Israel itu dinilai pejabat Washington (AS) sebagai penghinaan terhadap AS dan dianggap menyebabkan terpuruknya hubungan AS dan Israel.

Israel: "Anak Emas" AS

Meski tindakan keji Israel di bumi Palestina sudah ratusan kali berulang, masih saja sebagian kalangan umat Islam menunjukkan sikap keliru dalam merespon masalah Palestina ini. Pertama: Sebagian kalangan umat Islam, bahkan para tokohnya, seolah masih percaya dan menaruh harapan kepada Israel. Buktinya, mereka masih saja menawarkan solusi damai melalui sejumlah dialog dan perundingan dengan institusi Yahudi itu. Padahal sudah jelas, sudah puluhan kali dialog dan perundingan dengan Israel dilakukan, dan sudah berjalan puluhan tahun, hasilnya boleh dikatakan nihil. Bahkan yang terjadi, tindakan Israel di Palestina dari hari ke hari makin membabi-buta.

Kedua: Sebagian kalangan umat Islam, bahkan para tokohnya, juga seolah masih saja percaya dan bahkan berharap kepada AS, apalagi di bawah Obama saat ini yang dianggap lebih bersahabat dengan umat Islam dibandingkan dengan pendahulunya, George W. Bush. Padahal jauh sebelum dilantik menjadi presiden AS, yaitu saat masih dalam masa-masa kampanye Pilpres AS, Obama berkali-kali bertekad untuk menjamin sepenuhnya kepentingan dan keamanan Israel di Timur Tengah.

Memang, dalam kasus terakhir, yakni terkait dengan pembangunan 1600 permukiman Israel yang baru sebagaimana terpapar di atas, berbagai media melaporkan ’sikap marah’ AS terhadap tindakan Isarel itu. Dilaporkan, tindakan Israel itu menimbulkan memburuknya hubungan AS-Israel. Namun faktanya, Kantor Berita Fars—mengutip Pusat Penerangan Palestina—semua itu hanyalah permainan semata. Fakta ini didasarkan pada pengakuan Deputi Menteri Luar Negeri Israel, Danny Ayalon, “AS tengah memanfaatkan krisis politik yang ada. Dengan cara itu, negara ini mengesankan diri sebagai mediator yang tidak berpihak. Friksi antara Israel dan AS saat ini sama sekali tidak merusak hubungan kemitraan historis antara Tel Aviv dan Washington.”

Saat kunjungannya ke wilayah pendudukan, Wapres AS Joe Biden pun telah menjanjikan dukungan penuh dari Washington terhadap Zionis-Israel. Ia bahkan memuji-muji penuh Zionis-Israel. Saat mengadakan pembicaraan terpisah dengan Netanyahu dan Presiden Shimon Peres, Biden menegaskan dukungan total dan absolut Washington (AS) terhadap keamanan Israel (Hidayatullah.com, 22/3/2010).

Menlu AS Hillary Clinton (yang tentu mewakili pemerintahan Obama), dalam kutipan pidatonya di depan konvensi tahunan Komisi Urusan Hubungan AS-Israel—yang dikenal dengan sebutan AIPAC, sebuah lobi kuat yang pro-Israel—di Washington, Senin (22/3) ini, juga meyakinkan Israel, bahwa komitmen AS terhadap keamanan Israel masih “tetap kuat.” (Voanews.com, 22/3/2010).

Karena itu, jika umat Islam konsisten dengan perjuangan untuk membebaskan Tanah Palestina, termasuk tentu al-Quds, sekaligus menyelamatkan kaum Muslim di sana, maka mereka seharusnya memperlakukan Amerika Serikat—meski itu di bawah Obama sekalipun—sebagai musuh sebagaimana layaknya Israel. Sebab, AS tidak lain adalah "induk semang" Israel, dan Israel adalah "anak emas"-nya. Karena itu, sangat aneh jika Israel sebagai "anak emas" AS dimusuhi, sementara "induk semang"-nya (AS) digandeng dengan penuh kehangatan dan presidennya (Obama) hendak diperlakukan sebagai tamu terhormat jika datang ke negeri ini.

Jihad dan Khilafah: Solusi yang Benar!


Dulu Palestina pun pernah diduduki oleh kaum salibis. Mereka membuat kerusakan dan merusak Masjid al-Aqsa. Namun, kaum Muslim tidak menyibukkan diri hanya dengan melakukan aksi protes dan demonstrasi untuk membebaskan al-Aqsa. Misi mereka siang dan malam adalah menyiapkan pasukan, memobilisasi tentara Mukmin yang benar dengan kepemimpinan Shalahuddin, wali Mesir dan Syam saat itu, di bawah Khilafah yang memerintah berdasarkan al-Quran.

Dulu protes-protes kaum Muslim diwujudkan dengan lompatan-lompatan para tentara mereka terhadap benteng-benteng kaum salibis. Penolakan-penolakan mereka adalah berupa serangan-serangan yang menghantam orang-orang yang melampaui batas itu. Pidato-pidato mereka yang membakar adalah teriakan takbir di medan perang. Mereka benar-benar menolong Allah sehingga Allah pun menolong mereka. Begitulah kaum Muslim dulu.

Karena itu, sesungguhnya metode membela al-Aqsa saat ini pun adalah dengan cara umat berdiri di hadapan para penguasa mereka agar para penguasa itu memobilisasi pasukan untuk berperang. Jika mereka menolak maka umat hendaknya menindak mereka sekaligus mengangkat seorang penguasa Mukmin yang benar, yaitu seorang khalifah ar-rasyîd, yang menjual dirinya demi mendapatkan keridhaan Allah, dengan berperang bersama kaum Muslim melawan orang-orang kafir.

Tindakan brutal Israel untuk yang kesekian ratus kalinya ini merupakan tindakan biadab, yang bukan hanya harus dikecam dan dikutuk dengan keras, tetapi juga harus dihadapi dan dilawan dengan kekuatan yang sama. Apalagi serangan brutal Israel itu secara langsung ataupun tidak didukung oleh AS dan negara-negara Barat lainnya.

Karena itu, solusinya bukanlah gencatan senjata, pedamaian, resolusi DK PBB, KTT Liga Arab dll. Buktinya, meski semuanya itu terus-menerus dilakukan sejak 50 tahun yang lalu hingga kini, toh tidak pernah bisa menyelesaikan masalah Palestina dengan tuntas. Bahkan solusi-solusi tersebut semakin memalingkan kaum Muslim dari solusi Islam yang sesungguhnya, yakni jihad.

Allah SWT telah menyuruh umat ini untuk berjihad melawan para agresor negeri-negeri Islam, termasuk institusi Yahudi yang saat ini masih menduduki Tanah Palestina. Allah SWT berfirman:


قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ[

Perangilah mereka (orang-orang kafir), niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, Allah akan menghinakan mereka dan menolong kalian terhadap mereka serta melegakan hati orang-orang Mukmin (QS at-Taubah [9]: 14).


Allah SWT bahkan telah mengecam siapapun yang mengabaikan panggilan jihad ini, sebagaimana firman-Nya:


إِلا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا[

Jika kalian tidak berangkat untuk berperang niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksaan yang pedih (QS at-Taubah [9]: 39).


Selain memang diperintahkan Allah SWT, jihad adalah satu-satunya bahasa yang bisa dipahami oleh Israel.

Di sisi lain, Israel sesungguhnya tidak mempunyai kemampuan untuk berdiri sebagai sebuah negara. Israel bisa berdiri kokoh karena ditopang oleh Inggris pada masa awal pendiriannya, kemudian oleh Amerika Serikat sebagai penyokong utamanya saat ini. Karena itu, untuk melenyapkan Israel dari bumi penuh berkah itu, tidak bisa tidak, Dunia Islam membutuhkan Khilafah. Sebab, hanya Khilafahlah yang bisa menghadapi Inggris, AS dan sekutunya, sekaligus membersihkan antek-antek mereka dari seluruh negeri kaum Muslim. Khilafahlah yang akan memimpin dan mengkomandoi 1,5 miliar kaum Muslim di seluruh dunia untuk berjihad. Khilafahlah yang akan melindungi dan mempertahankan seluruh wilayah dan tanah kaum Muslim.

Sungguh, sekiranya umat ini sadar dan fokus mengembalikan keberadaan Khilafah yang bakal menjadi solusi final atas tragedi Palestina maupun tragedi-tragedi di Dunia Islam lainya, tentu masalahnya tidak akan berlarut-larut seperti saat ini.

comment 8 komentar:

mujahid said...

batuul.

spa yg mw mati syahid.??
nyata2 sdh terpampang d dpn mata kita..

dgn Semangat syuhada mari kita terikkan Allahu Akbar di ranah palestine

Dhar on April 6, 2010 at 5:02 AM said...

Mulai dari niat ya yang kuat? thanks..

coeky on April 6, 2010 at 5:43 AM said...

bagus artikelnya nech,,,,
thanks yach sob...

secangkir teh dan sekerat roti on April 6, 2010 at 5:56 AM said...

assalamualaikum wr wb.. :)

Franco on April 6, 2010 at 6:01 AM said...

tuh, jelas" musuh yg nyata setelah setan

tutorial blog on April 6, 2010 at 6:06 AM said...

wach pada mau jihad nich..
ikutan don.. :)
makasih infonya sob..

komen baliknya ditunggu..!

AUTO TUHU on April 6, 2010 at 6:16 AM said...

wah jihad na jauh ne bro

wiz on May 1, 2010 at 8:13 AM said...

Setuju gan.. kata ulama kan agama itu memerlukan kitab dan pedang... tanpa kedua hal tersebut ya gak akan tegak nih agama..

Suatu kewajiban tidak akan sempurna tanpa sesuatu yang lainnya, maka sesuatu yang lain itu wajib pula hukumnya...

Kalau menegakan hukum2 Allah adalah suatu kewajiban, terus hukum2 tersebut tidak bisa tegak kalau tidak ada daulah islam, maka menegakan daulah itu merupakan suatu kewajiban juga kan... setujuh?

Post a Comment

Gunakan Hak Saudara sebagai Blogger untuk meninggalkan komentar sauadara Di Artikel Ini._^

 
© 2010 StiLL MusLim is proudly powered by Blogger